Pesan Pendidikan di Media Sosial Perlu Dikemas Lebih Menarik
Bandung (TABLOID CERDAS) Pesan-pesan peningkatan mutu pendidikan sudah barang tentu penting adanya. Sayangnya, saat ditampilkan di media sosial belum berhasil dikemas lebih menarik. Padahal, penting dan menarik merupakan modal utama agar pesan bisa sampai kepada publik, khususnya warganet pegiat media sosial.
Pegiat media Najip Hendra SP menegaskan hal itu saat menjadi narasumber Workshop Penyusunan Alur Cerita/Konten Program Prioritas 2024 Balai Besar Peningkatan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Barat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia di Bandung pada 12-14 Mei 2024. Workshop diikuti tim media dan kreator konten BBPMP Jawa Barat serta para admin media sosial Dinas Pendidikan se-Bandung Raya.
“Penting saja tidak cukup. Ketika tidak dikemas menarik, belum tentu akan dibaca atau setidaknya mencuri perhatian warganet. Ibarat pesan singkat, terkirim saja tidak cukup manakala tidak sampai delivered dan read oleh penerima. Pun sebaliknya, sekadar menarik juga percuma karena tidak memberi manfaat kepada khalayak. Karena itu, tugas para kreator konten pendidikan untuk bisa mengemas isu-isu penting pendidikan secara menarik,” ungkap Najip.
Dalam konteks media sosial, terang Najip, penting berarti kekuatan pesan yang disampaikan. Sementara menarik berarti konteks dalam bentuk visual atau desain. Ini menjadi tantangan tersendiri karena para kreator konten sejatinya para aparatur sipil negara (ASN) yang sebelumnya lebih banyak berkutat dengan substansi program. Dalam hal ini, menjadi kreator konten merupakan tugas tambahan.
Meski begitu, Sekretaris Jenderal Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (IKA UPI) yang kini bekerja di salah satu jaringan media nasional ini berpesan agar para kreator konten BBPMP Jabar tidak perlu berkecil hati karena dengan penguasaan konten berarti sudah mengantongi setengah dari syarat utama. Dengan begitu, para ASN ini hanya perlu meningkatkan kapasitas terkait pengemasan konten menjadi lebih menarik.
“Memang benar bahwa semua fitur di Instagram menyajikan visual terlebih dahulu, baru menampilkan caption. Artinya, Instagram memang memprioritaskan visual. Itu juga kenapa faktor estetik jadi pertimbangan wajib. Tapi, orang akan memilih content value terlebih dahulu. Karena itu, perkuat konten. Seperti pesan Bill Gates pada 1996 silam, Content is King! Visual memang penting untuk mendapatkan first impressions audience.
Namun, perhatian tanpa ada manfaat akan sulit mendapatkan audience loyal,” tandas Najip.
Lebih jauh Najip menjelaskan, untuk memilih pesan peningkatan mutu pendidikan yang akan ditampilkan dalam media sosial, para admin dan kreator konten hendaknya memperhatikan sejumlah kriteria layak berita pada media reguler atau media konvensional. Selain penting, ada kriteria lain yang layak menjadi pertimbangan, antara lain aktualitas, besar-kecilnya isu atau peristiwa, kedekatan dengan pembaca atau pengikut media sosial, ketenaran, dan unsur kemanusiaan (human interest).
“Penting berarti kejadian yang memiliki kemungkinan memengaruhi kehidupan orang banyak atau kejadian yang mempunyai akibat terhadap kehidupan pembaca. Sebut saja misalnya peristiwa bencana alam atau kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Isu pendidikan sudah tentu memenuhi kriteria ini karena pendididikan merupakan salah satu indeks komposit dalam penentuan indeks pembangunan manusia (IPM),” terang Najip.
Adapun yang dimaksud aktual adalah kejadian menyangkut hal baru terjadi atau baru dikemukakan. Peristiwa yang diberitakan hendaknya sedang menjadi perbincangan hangat di tengah publik dan bukan peristiwa yang sudah basi atau telah lama terjadi. Sementara ukuran besar kecilnya bobot peristiwa terkait kejadian atau tema yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak atau kejadian yang berakibat bisa dijumlahkan dalam angka yang menarik buat pembaca.
Menyangkut kedekatan (proximity), Najip menggarisbawahi bahwa kedekatan tidak selalu dimaknai kedekatan geografis. Dekat juga bisa dilihat dari aspek emosional. Najip mencontohkan pertandingan tim nasional sepakbola pada turnamen AFC Cup U-23 pada dasarnya jauh karena dilaksanakan di Qatar. Meski begitu, menjadi dekat karena yang sedang bertanding adalah tim nasional Indonesia, sehingga secara emosi memiliki kedekatan.
“Kalau terkait ketenaran ini kaitannya dengan efektivitas pesan. Secara psikologis, kita akan lebih melihat siapa yang bicara daripada apa yang disampaikan. Ini yang kemudian melahirkan konsep pendengung atau influencer. Para pendengung sengaja di-endorse agar pesan atau produk bisa sampai kepada khalayak,” jelas Najip.
“Sementara itu, human interest berkaitan dengan sisi humanis kita yang senantiasa memberikan perhatian lebih pada kemanusiaan. Karena itu, penting bagi para kreator konten BBPMP Jabar untuk lebih mengeksplorasi aspek-aspek yang menjadi kriteria layak berita tadi. Setelah ketemu, lalu kemas dengan menarik berupa infografik, video pendek, atau ilustrasi lain yang menarik pembaca,” tambah dia.
Najip juga mengingatkan agar para kreator konten untuk berusaha mengikuti perkembangan media sosial. Bila diperlukan, jangan sungkan untuk mencoba menunggangi (riding the wave) peristiwa viral dengan cara menyisipkan substansi pesan yang menjadi tanggung jawabnya. Tidak kalah pentingnya adalah strategi pembuatan tagar yang relevan dan menyisipkan mention untuk akun terkait. (NJP)
Posting Komentar